Minggu, 07 Februari 2010

INGIN BERI CITRA BAIK BAGI KOTA, TAHUN INI PENERBANGAN PADAT


Meski tak bisa lagi dikembangkan, bukan berarti Bandara Temindung Samarinda tak bisa berbenah. Setelah merenovasi terminal keberangkatan, bandara di pusat Kota Tepian ini bakal membongkar terminal kedatangan. Selain itu, beberapa pembenahan lainnya pun akan dilakukan.
Beberapa pekerja terlihat membersihkan halaman parkir Bandara Temindung, Jumat pagi (5/2) kemarin. Tanaman-tanaman hias dipotong dan dirapikan. Sampah-sampah yang berserakan dikumpulkan lalu dibuang ke tong sampah yang tempatnya agak tersembunyi. Sebelumnya tempat sampah berada di sekitar halaman parkir, depan terminal kedatangan. Namun di tempat itu sekarang dibuat tulisan agak besar berbunyi larangan membuang sampah.
“Memang tempat sampahnya sudah saya carikan posisi yang agak tersembunyi, yaitu di sudut bangunan bandara,” ujar Kepala Bandara Temindung, Syamsul Banri kepada Kaltim Post. “Bagi saya ketika penumpang pesawat tiba, mereka harus langsung mendapatkan kesan yang nyaman tentang Samarinda. Bila di depan terminal kedatangan sudah disambut tempat sampah, tentu tak akan nyaman dilihat. Apalagi bila berserakan,” tambahnya lagi.
Syamsul Banri menjabat sebagai kepala Bandara Temindung sejak Desember 2009 lalu. Sebelumnya dia menjadi Kepala Bandara Andi Jemma Masamba di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel). Sebelumnya lelaki ini yang pernah menjabat kepala Seksi Angkutan Udara Dishub Sulsel ini juga mengembangkan beberapa lapangan udara perintis di Sulsel, seperti di Selayar, Seko, dan Rampi (Luwu Utara). Kemudian dia juga ikut berperan dalam pembangunan bandara udara di Bone yang ditargetkan rampung pada 2011.
Sejak mengendalikan Bandara Temindung, Syamsul mencoba melakukan beberapa pembenahan. Dia berprinsip sebagai pintu gerbang kedatangan dan keberangkatan sekalgus tempat transit, bandara harus bersih. Bandara harus menciptakan kesan awal yang baik terhadap suatu kota. “Bila bandaranya bersih, maka pendatang akan beranggapan kota juga bersih. Tapi bila bandaranya saja kotor dan semerawut bayangan pendatang pun akan demikian terhadap kotanya,” jelasnya.
Untuk mengubah sesuatu tambahnya, memang tidaklah mudah. Namun harus dibiasakan. “Saya ingin mengubah semua lini. Mudah-mudahan lewat peranan bandara ini, Kota Samarinda bisa mendapatkan penghargaan Adipura,” tegasnya. Dia berharap bandara yang dipimpinnya bisa memberikan sumbangsih bagi kebersihan dan ketertiban Kota Tepian. Saat ini, bandara memang sudah mengalami beberapa perubahan. Selain bersih, terminal yang sebelumnya rawan banjir, sekarang sudah ditinggikan dan lebih bersih. Lantai terminal sudah dinaikkan hingga lebih setengah meter.
“Renovasi terminal keberangkatan sebenarnya dilakukan tahun 2009 lalu. Anggarannya dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Red.) sebesar Rp 742 juta. Tahun ini, menyusul renovasi terminal kedatangan. Anggarannya juga sudah ada dari APBN sekitar Rp 300 juta. Saya juga mengusulkan peninggian lapangan parkir dalam APBN-Perubahan. Kita harapkan setelah itu bandara tak lagi sampai kebanjiran,” tambahnya. Seperti diketahui Bandara Temindung sudah beberapa kali terendam banjir, yaitu pada Desember 2008 dan April 2009 lalu. Selama beberapa hari, penerbangan di bandara ini terganggu dan sempat dialihkan ke Bandara Sepinggan Balikpapan.
Syamsul mengakui Bandara Temindung memang tak bisa lagi dikembangkan, karena berada di tengah kota. Yang bisa dilakukan katanya, adalah memperbaiki dan memaksimalkan fasilitas yang sudah ada. Harapan warga Samarinda saat ini katanya, tertumpu pada Bandara Samarinda Baru (BSB) di Sungai Siring. “Saya lihat bangunan-bangunan di Samarinda juga sudah tinggi-tinggi. Di antaranya bisa mengganggu penerbangan, seperti bangunan milik RSU Darjad (di Jl Basuki Rahmat, Red.). Saya tak tahu mengapa gedung setinggi itu diizinkan dibangun di jalur penerbangan pesawat (dari dan ke Bandara Temindung, Red.),” ujarnya.
PENERBANGAN PADAT
Syamsul juga menuturkan penerbangan di Bandara Temindung diperkirakan bakal padat pada tahun ini. Pasalnya, bandara kelas II ini akan membuka beberapa rute baru mulai pertengahan Februari ini. Di antaranya rute Samarinda-Long Apung (Malinau), Samarinda-Datah Dawai (Kutai Barat), dan Datah Dawai-Melak. Penerbangan akan menggunakan pesawat Cassa 212 (20 seat). “Penerbangan perdana rencananya 8 Februari nanti,” ujarnya.
Untuk jadwal penerbangan katanya, rute ke Long Apung sebanyak 3 kali seminggu, rute ke Datah Dawai sebanyak 2 kali dalam seminggu, sementara Datah Dawai-Melak hanya satu kali dalam seminggu. Tarif penerbangan untuk ke Samarinda Long Apung Rp 195 ribu, Samarinda-Datah Dawai sebesar Rp 165 ribu, dan Datah Dawai-Melak Rp 156 ribu. Ini belum termasuk pajak pertambahan nilai (PPN).
Selain itu katanya, ada penerbangan perintis bersubsidi untuk rute Samarinda-Toli-toli dan Samarinda-Mamuju. Tarif untuk ke Toli-toli Rp 325 ribu dan ke Mamuju Rp 300 ribu. “Rencananya ada pula rute Samarinda-Balikpapan-Tana Toraja. Tarifnya Rp 275 ribu, belum termasuk pajak,” tambahnya. Dengan adanya beberapa rute baru ini katanya, bisa dipastikan penerbangan di Bandara Temindung akan lebih padat ketimbang tahun sebelumnya. Dia memperkirakan peningkatan jumlah penumpang sekitar 10-15 persen dibandingkan tahun 2009.
Sekadar diketahui jumlah penumpang keberangkatan dan kedatangan di Bandara Temindung pada 2009 lalu mencapai 64.635 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 25 ribu orang dan pada tahun 2007 yang mencapai 37.20 orang. Jumlah penumpang pada 2010 ini diperkirakan akan menyamai tahun 2006 yang mencapai 71 ribu orang. “Penumpang di bandara ini memang sempat mengalami penurunan pada 2007 dan 2008 karena pesawat DAS menghentikan penerbangannya (akibat pasokan avgas terbatas). Namun kami perkirakan jumlah penumpang akan kembali naik pada tahun ini,” ujarnya. (mukhransyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar